ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN (URINARIA)
A.
Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria,
adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B.
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan
ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium
pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen.
Bentuknya
seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada
orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan
struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap
nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri
atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang
mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus
– tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus
pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan
parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler
golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut
podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga
celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula
bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya
yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal
kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat
lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut
sebagai tubulus kontortus distal.
a.
Bagian – Bagian
Ginjal
Bila
sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari
tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
1.
Kulit Ginjal
(Korteks)
Pada
kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang
disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus
dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah
terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat
– zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini
maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2.
Sumsum Ginjal
(Medula)
Sumsum
ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila
renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris
– garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.
3.
Rongga Ginjal (Pelvis
Renalis)
Pelvis
Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau
tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa
kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini
menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk
ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung
kemih (vesikula urinaria).
b.
Fungsi Ginjal:
§ Mengekskresikan zat –
zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
§ Mengekskresikan zat –
zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
§ Mengatur keseimbangan
air dan garam dengan cara osmoregulasi.
§ Mengatur tekanan
darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c.
Tes Fungsi Ginjal
Terdiri Dari :
1.
Tes
untuk protein albumin
Bila
kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam
urine
2.
Mengukur
konsentrasi urenum darah
Bila
ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar
normal (20 – 40) mg%.
3.
Tes
konsentrasi
Dilarang
makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat
jenisnya naik.
d.
Peredaran Darah dan
Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah
dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan
dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi
penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat
persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat
di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua)
macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. URETER
Terdiri
dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan
dinding ureter terdiri dari :
a.
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b.
Lapisan tengah otot polos
c.
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui
ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran,
melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter
berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3.
VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis
pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum
vesika umbikalis medius.
Bagian vesika
urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang
dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang
terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.Dinding kandung kemih terdiri dari
beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis,
tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung
kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding
kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih,
dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang
menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan
melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini
hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra
medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi
kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing
tertahan)
Persarafan dan
peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot
dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis
kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih.
Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih.
Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
URETRA
Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada
laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm.
Uretra
pada laki – laki terdiri dari :
1.
Uretra Prostaria
2.
Uretra membranosa
3.
Uretra kavernosa
Lapisan
uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.
Uretra
pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena –
vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini
hanya sebagai saluran ekskresi.
Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500
cc tergantung dari masuknya (intake)
cairan serta faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan
akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan,
diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan
terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Baerat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan
menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan
protein memberi reaksi asam)
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri
dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa
nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin,
urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml
darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat
(cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150
– 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar
sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di
glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan
kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion
karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan
akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara
aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila
renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi
dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya.
Dari tubulus
pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureTer. Dari
ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan
tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Mikturisi
Peristiwa
penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih.,
keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung
kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan
gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat
persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5.Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam
satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
ANATOMI KULIT
Kulit merupakan
pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di
bagian paling luar. Luas kulit dewasa
1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasar :
Warna :terang (fair skin), pirang, dan hitam
merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
Jenisnya :
Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
Tipis : pada wajah
Lembut : pada leher dan badan
Berambut kasar : pada kepala
Anatomi kulit secara histopatologik
Lapisan Epidermis (kutikel)
Stratum Korneum (lapisan tanduk)à lapisan kulit paling
luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk)
Stratum Lusidumàterletak di bawah lapisan korneum, lapisan
sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut
eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)àmerupakan 2 atau 3
lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di
antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini.
Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell
layer (lapisan akanta )àterdiri
dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke
permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
Stratum Basalisàterdiri dari sel kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
(palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
Sel kolumnaràprotoplasma basofilik inti lonjong
besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cellàsel berwarna muda,
sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)
Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)àterdiri dari lapisan
elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
Pars Papilareàbagian yang menonjol ke epidermis,
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Pars Retikulareà bagian bawah yang menonjol ke
subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam
hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut
kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin,
seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin
mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan
mudah mengembang serta lebih elastis.
Lapisan Subkutis (hipodermis)àlapisan paling dalam,
terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan
inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok
dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan
panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga
sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan
penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli
diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus
profunda (terletak di subkutis)
Adneksa Kulit
Kelenjar
Kulitàterdapat pada lapisan dermis
Kelenjar Keringat
(glandula sudorifera)
Keringat mengandung
air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.
Kelenjar
Ekrinàkecil-kecil, terletak dangkal di dermis
dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin
terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah
kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan
terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung
beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
Kelenjar
Apokrinàlebih besar, terletak lebih dalam, secretnya
lebih kental.
Dipengaruhi oleh
saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora,
saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat
dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
Kelenjar
Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh
permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan
kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari
dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar
rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol.
Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit.
Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
Kukuàbagian
terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Pertumbuhannya 1mm per
minggu.
Nail root
(akar kuku)àbagian kuku yang
tertanam dalam kulit jari
Nail Plate
(badan kuku)àbagian kuku yang
terbuka/ bebas.
Nail Groove
(alur kuku)àsisi kuku yang
mencekung membentuk alur kuku
Eponikiumàkulit
tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
Hiponikiumàkulit
yang ditutupi bagian kuku yang bebas
Rambut
Akar rambutàbagian
yang terbenam dalam kulit
Batang
rambutàbagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut
Lanugoàrambut
halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
Rambut
terminalàrambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen,
mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa.
Pada dewasa, selain
di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis,
janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut
halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
Rambut tumbuh secara
siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh
0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. D antara
kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu saat
85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
Rambut normal dan
sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah dibentuk
dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.
FUNGSI KULIT
Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan
lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari
gangguan :
fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
Kimiawi :
iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
Panas :
radiasi, sengatan sinar UV
infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam
perlindungan :
Melanositàlindungi
kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit)
Stratum korneum
impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
Keasaman
kulit kerna ekskresi keringat dan sebumàperlindungan kimiawo
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
Proses
keratinisasiàsebagai sawar
(barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.
Fungsi
Absorpsiàpermeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap
air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya
bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis
vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis,
melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi
Ekskresiàmengeluarkan zat yang tidak berguna bagi
tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak
dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi
kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
Fungsi
Persepsiàkulit mengandung ujung saraf sensori di
dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang
erotik.
Badan Ruffini
di dermis dan subkutisàpeka rangsangan panas
Badan
Krause di dermisàpeka rangsangan
dingin
Badan
Taktik Meissner di papila dermisàpeka rangsangan
rabaan
Badan Merkel
Ranvier di epidermisàpeka rangsangan
rabaan
Badan
Paccini di epidemisàpeka rangsangan
tekanan
Fungsi Pengaturan
Suhu Tubuh (termoregulasi)àdengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh
darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit
bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
Fungsi
Pembentukan Pigmenàkarena terdapat
melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
Fungsi
KeratinisasiàKeratinosit dimulai
dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah
ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin
menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin
menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik.
Fungsi
Pembentukan Vitamin Dàkulit mengubah 7
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh
tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap
diperlukan.
Proses eliminasi sisa
metabolisme pencernaan
Miksi/Eliminasi
Urine
Miksi adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut
buang air kecil.
Defekasi/Eliminasi
Alvi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat
atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan.
1) ESOPHAGUS
Ketika makanan memasuki esophagus bagian atas
ia berjalan melewati spinkter esophagus bagian atas dimana ada sebuah otot
sirkular yang mencegah udara masuk ke esophagus dan makanan dari refluks ke
tenggorokan. Bolus dari makanan mengadakan perjalanan sepanjang 25cm di
esophagus. Makanan didorong oleh kontraksi otot polos. Sebagian dari esophagus
berkontraksi di belakang bolus makanan, otot sirkular di depan bolus. Gerakan
peristaltik mendorong makanan ke gelombang berikutnya. Peristaltik menggerakkan
makanan sepanjang saluran gastrointestinal. Dalam 15 detik bolus makanan
berpindah dari esophagus bagian bawah. Spinkter esophagus bagian bawah terletak
antara esophagus dan lambung, dan perbedaan tekanan ada di bagian akhir
esophagus. Tekanan esophagus bagian bawah 10-40 mmHg, sedangkan tekanan lambung
5-10 mmHg. Tingginya tekanan biasanya menyebabkan refluks dari isi lambung ke
esophagus. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan spinkter bagian bawah antara
lain : antacid yang menurunkan refluks, dan makanan berlemak dan nikotin yang
meninggikan refluks.
2) LAMBUNG
Dalam
lambung, makanan disimpan sementara
dan dipecahkan secara mekanik dan
kimiawi untuk pencernaan
dan absorpsi. Lambung
mensekresi HCl,mukus, enzim
pepsi, dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan
keseimbangan asam dalam tubuh. Setiap molekul HCl yang disekresi di lambung, sebuah
molekul bicarbonat memasuki
plasma darah. HCl
membantu pencampuran
dan pemecahan makanan di
lambung, mukus melindungi mukosa lambung dari
keasaman dan aktivitas
enzim. Pepsin mencerna
protein, walaupun tidak banyak
pencernaan yagn terjadi di
lambung. Faktor intrinsik
merupakan komponen penting yagn
dibutuhkan untuk penyerapan
vitamin B12 di
usus dan pembentukan sel darah
merah. Kekurangan faktor intrinsik menyebabkan anemia.
Sebelum
makanan meninggalkan lambung
ia diubah menjadi
bahan yang semifluid yagn
disebut CHYME.Chyme lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada makanan yang padat.klien yang
sebagian lambungnya hilang
atau menderita gastritis
mempunyai masalah pencernaan yang serius karena makanan tidak diubah menjadi
chyme. Makanan memasuki usus halus sebelum dipecah menjadi makanan yang
benar-benar semifluid.
3.) USUS HALUS
Selama
proses pencernaan chyme
meninggalkan lambung dan
memasuki usus halus.
Usus halus merupakan
suatu saluran yagn
diameternya 2,5 cm
dan panjangnya 6
m. ua terdiri
dari 3 bagian
: duodenum, jejenum,
ileum. Chyme
Hormon-Hormon yang Terkait dengan Eliminasi
1.
Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan
mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas
duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan
mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi
secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan
ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis
keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan
sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila
cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah
berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk
menurunkan sekresi ADH.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan
sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi
secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat
50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah
menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat
diisap oleh bayi.
2.
Mineralocorticoid
adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal.
Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat,
urin, empedu dan air liur.
Aldosteron: 95% dari kegiatan
mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang
oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah.
Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam
reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus
distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi
dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3.
Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons
terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal
(estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi
(perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama
kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein
plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran
ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil
benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi
estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam
urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks
adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
3. Prostaglandin
Prostagladin
merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai
hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis.
Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin
bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke
dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak
secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat
cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama
bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
Ada
satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual
laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject
(alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata
peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin
E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus
cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan
ereksi."
Misoprostol
adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen, memberikan
suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir dan
sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa.
Prostaglandin
biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi nama
oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2,
misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki.
Fungsinya adalah dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang
kontraksi, dan ini merupakan agen farmasi penting dalam OB.
Untuk
beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan,
atau lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak
omega-6 seperti yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling
merangsang produksi prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam
lemak merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam
lemak laut seperti minyak ikan cod telah lama dikenal untuk memperbaiki kondisi
rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose oil, minyak borage dan minyak
canola adalah produk tanaman merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi.
Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh perempuan untuk mengatur rasa
sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-memfasilitasi prostaglandin.
5.
Gukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan
reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)
Kelenjar
Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel
pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal
yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam
(medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu
hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon
adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan
tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.
Apabila kita terkejut/takut anak ginjal
memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan denyut jantung meningkat.
Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan
penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan, berkurangnya nafsu makan,
mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal
menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom Cushing”
dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama,
punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah
memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.
Hormon
dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :
Bagian Korteks Menghasilkan :
• Hormon glukokortikoid
(kortikosteroid/kortison)
Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang
dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan.
6.
Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan
kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan
termasuk manusia. Prolaktin, hormon pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental
Lactogen (PL atau chorionic somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari
hormon polipeptida berdasarkan sekuen asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi
oleh sel yang terdapat pada anterior pituitary, fungsi utama dari hormon
prolaktin yaitu menginduksi dan pemeliharaan laktasi pada mamalia.
Kelenjar
Pituitari
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang
terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga
lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus intermediet terdapat dalam
kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa
(vestige).
Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari
memegang peranan penting dalam koordinasi kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda”
(master gland), karena banyak sekresinya mengontrol kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai
kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan dari lobus anterior, salah
satunya yaitu hormon prolaktin.
a) Sel
Somatotropic
Sel somatotropic yang
menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah besar pada
sisi/bagian anterior pituitari.
b) Sel
lactotropic
Sel lactotropic lebih
sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di identifikasi
dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula
sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada
pituitari normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic.
Peningkatan ukuran pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan
proliferasi dari laktotropic sel.
c)
Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan,
prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari hormon polipeptida yang
signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin pada
manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S).
Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan
disulfida pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.
o
Struktur gen
Prolaktin.
Pada dasarnya
struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan placental laktogen. Karena ketiganya
dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan tikus, sepanjang cDNA
dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama persis.
o
Efek prolaktin pada
beberapa organ:
·
Organ
Efek
·
Glandula
mamae Sintesis DNA
·
Proliferasi
sel
·
Sintesis
protein susu
·
Sintesis
FFA
o
Sintesis
laktosa
o
Tumor
mammary Prolaktin-induced protein
o
Ovary
Corpus Luteum:
o
Maintenance
atau regresi
o
Limfosit
Immunostimulasi
o
Ovary
dan testis Steroid biosintesis
o
Liver
Sintesis RNA
o
Stimulasi
dekarboksilasi ornitin
o
Ginjal,
amnion, choroid plexus Osmoregulasi
o
Fungsi
prolaktin pada pemulaian laktasi
Walaupun estrogen dan
progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama kehamilan, kedua
hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu sebenarnya.
Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan,
meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria
ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu terus meningkat sejak minggu kelima
kehamilan sampai kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya
sepuluh kali dari kadar tidak hamil dan normal.
Disamping itu
plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga
mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria
ibu. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi
lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung
protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak
mengandung lemak, dan kecepatan maksimum pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan
pembentukan susu selanjutnya.
Tidak adanya laktasi
selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen, yang
disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan
yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin
korionik manusia. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya
estrogen dan progesteron yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang
memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu mengambil
peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar mammae mulai
menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran
bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam
beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan bayinya isyarat syaraf dari
putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh
kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas
payudara untuk menyiapkan susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora
prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan hipotalamus
atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu maka payudara kehilangan
kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari. Tetapi produksi
susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara kontinyu,
tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai
sembilan bulan.
o
Reflek
peghasilan susu atau reflek prolactin
Ketika prolaktin
dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel
alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting
terangsang, dan impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar
pituitari mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan
dihasilkannya susu oleh sel alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan
susu atau reflek prolaktin.
o
Regulasi
sekresi
Walaupun
sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior ditingkatkan oleh
neurosecretory releasing faktor yang dihantarkan oleh hipotalamus ke kelenjar
hipofisis anterior melalui sistem porta hipotalamus-hipofisis, sekresi
prolaktin dikontrol oleh efek yang tepat berlawanan. Yaitu hipotalamus
mensintesis ‘prolactin inhibitory factor’ (PIF). Pada keadaan normal, sejumlah
besar PIF dihantarkan secara terus menerus ke kelenjar hipofisis anterior
sehingga kecepata normal sekresi prolaktin sedikit. Tetapi selama laktasi,
pembentuk PIF sendiri ditekan, sehingga memungkinkan kelenjar hipofisis
anterior mensekresi prolaktin dalam jumlah yang tak dihambat.
Faktor yang mempengaruhi sekresi prolaktin
pada manusia:
·
Increase
·
Stimulasi
Nipple
·
Stress
(termasuk psychogenik)
·
Sleep
(stage I dan II dan REM)
·
Stalk
section
·
Penyakit
pituitari dan cerebral
·
Prolaktinoma
·
TRH
·
Kehamilan
·
Estrogen
·
Hypotiroidism
·
Adrenal
insufficiency
·
Obat-obatan
yang menghambat dopamine
·
Decrease
·
Dopamine
(seperti bromocryptine, lisuride, pergolide, dan mesulergine)
·
GAP
atau PIF
Kortikosteroid
(Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)àKortikosteroid
merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak
termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut
aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi
pengaturan elektrolit dan keseimbangan air. Kedua jenis kortikosteroid tersebut
digunakan secara klinis untuk terapi penggantian hormon, untuk menekan sekresi
ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi.
Pada prinsipnya ada
tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di dalam terapi
dermatologi :
1. Anti Inflamasi
Efek anti inflamasi
ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi baik secara sistemik
maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara mencegah proses
marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan
menghambat proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke fokus inflamasi).
Kortikosteroid
menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran sehingga
mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga menghambat
manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas,
pengumpulan kolagen, dan pembentukan sikatrik (FKUI)
2. Imunosupresi
Sifat ini melibatkan
sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan tubuh.
kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel
linfosit B dan menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu,
kortikosteroid digunakan untuk mengatasi gejala klinik suatu reaksi
hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi kortikosteroid mempunyai
efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan pada reaksi
alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid
(FKUI).
3. Anti proliferasi
Kortikosteroid
mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel, menurunkan
transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga pada pemakaian
jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis dan atropi sel
serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di kulit.
Tanda dan Gejala Masalah Eliminasi Sisa Metabolisme dan
Sisa Pencernaan.
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni
eliminasi urine (sisa metabolisme) dan elimiasi alvi/kebutuhan buang air besar
(sisa pencernaan)
Kebutuhan
Eliminasi Urine
Organ
Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
Organ yang berperan dalam terjadinya
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Peranan
masing-masing organ tersebut diantaranya:
A.
Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di
belakan selaput perut)nyang terdiri atas ginjal sebelah kiri dan kanan tulang
punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam
tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk di buang dalam bentuk
urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh tubuh.
B.
Kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang
terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni / urine.
C.
Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada wanita mempunyai fungsi
berbeda denagn yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai
tempat pengaliran urine dan sisitem reproduksi berukuran panjang ±20 cm,
sedangkan pada wanita memiliki panjang 4-6,5 cm san hanya berfungsi untuk
menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.
Komposisi urine:
1. Air (96 %)
2. Larutan (4 %)
3. Larutan organik (urea, amonia, kreatin dan
asam urat)
4. Larutan anorganik (natrium, klorida,
kalium,sulfat)
Faktor
Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet
dan Asupan (intake)
jumlah dan tipe makanan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan
jumlah urine yang di bentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan
pembentukan urine.
2.
Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk
berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria.
Sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3. Gaya
Hidup
perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas
toilet.
4.
Stres Psikologis
Meningkatnya stres
dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
5.
Tingkat Aktivitas
6.
Tingkat Perkembangan
7.
Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit
dapat mempengaruhi produksi urime, seperti Diabetes Melitus
8.
Sosiokultural
9.
Kebiasaan sesorang
10.
Pemeriksaan diagnostik
Gangguan/Masalah
Kebutuhan Eliminasi Urine
a.
Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine
dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemihuntuk mengosongkan
kandong kemih.
Tanda
klinis retensi:
Ø
ketidaknyamanan
daerah pubis
Ø
distensi
vesika urinaria
Ø
ketidak
sanggupan untuk berkemih
Ø
sering
berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
Ø
ketidakseimbangan
jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
Ø
meningkatkan
keresahan dan keinginan berkemih
Ø
adanya
urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
Ø
operasi
pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
Ø
trauma
sum sum tulang belakng
Ø
tekanan
uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
Ø
sphincter
yang kuat
Ø
sumbatan
(striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b. Inkontinesia Urine
Merupakan
ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess), pembesaran kelnjar
prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
c. Enuresis
Merupakan
ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak mampu
mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau orang
jompo.
Faktor penyebab:
Ø
Kapasitas
vesika urinaria lebih besar dari normal
Ø
Vesika
urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar
Ø
Suasana
emosional yang tidak menyenangkan di rumah
Ø
Infeksi
saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
Ø
Makanan
yang banyak mengandung garam dan mineral
Ø
Anak
yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
d. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Merupakan keadaan
seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi
anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola
eliminasi urin terdiri atas:
a.
frekuensi
b.
urgensi
c.
disuria
d.
poliuria
e.
urinaria
supresi.
Kebutuhan
Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
Sistem
Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh yang berperan dalam proses
eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointertinal yang meliputi
usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum
dengan panjang ± 6 m.
Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang
sering disebut buang air besar.
Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi
1.
Konstipasi
Merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis
usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja
yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
Tanda klinis:
ü
adanya
feses yang keras
ü
defekasi
kurang dari 3 kali seminggu
ü
menurunnya
bising usus
ü
adanya
keluhan pada rektum
ü
nyeri
pada saat mengejan dan defekasi
ü
adanya
perasaan masih ada sisa feses
kemungkinan penyebab:
ü
defek
persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll
ü
pola
defekasi yang tidak teratur
ü
nyeri
saat defekasi karena hemorroid
ü
menurunnya
peristaltik karena stres psikologis
ü
penggunaan
obat seperti antasida
ü
proses
menua/ usia lanjut
b. Diare
Merupakan keadaan
individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses dalam
bentuk cair.
Tanda klinis:
ü
adanya
pengeluaran feses cair
ü
frekuensi
lebih dari 3 kali sehari
ü
nyeri
atau kram abdomen
ü
bising
usus meningkat
kemungkinan penyebab:
ü
malabsorpsi
atau inflamsi, proses infeksi
ü
peningkatan
peristaltik karean peningkatan metabolisme
ü
efek
tindakan pembedahan usus
ü
efek
penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll
ü
stres
psikologis
c. Inkontinensia Usus
Merupakan keadaan
individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, hingga
mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
ü
pengeluaran
feses yang tidak di kehendaki
kemungkinan penyebab:
ü
gangguan
sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
ü
distensi
rektum berlebih
ü
kurangnya
kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
ü
kerusakan
kognitif
d. Kembung
Merupakan keadaan
penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung
atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan
terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan saat defekasi
dll
f. Fecal Impaction
Merupakan massa feses
keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan akumulasi materi
feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas kurang,
diet rendah serat, dan kelemah tonus otot.
·
Faktor
yang mempengaruhi proses defekasi
o
usia
o
diet
o
asupan
cairan
o
aktivitas
o
pengobatan
o
gaya
hidup
o
penyakit
o
nyeri
o
kerusakan
sensoris dan motoris
PROSES
KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN ELIMINASI
Pengkajian
1. Pola berkemih
Pada orang-orang
untuk berkemih sangat individual
2. Frekuensi
Frekuensi untuk
berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang berkemih
kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih
: pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
3. Volume
Volume urine yang
dikeluarkan sangat bervariasi.
4. Usia Jumlah / hari
• Hari pertama &
kedua dari kehidupan 15–60 ml
• Hari
ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml
• Hari kesepuluh – 2
bulan kehidupan 250–400 ml
• Dua bulan–1 tahun
kehidupan 400–500 ml
• 1–3 tahun 500–600
ml
• 3–5 tahun 600–700
ml
• 5–8 tahun 700–1000
ml
• 8–14 tahun 800–1400
ml
• 14 tahun-dewasa
1500 ml
• Dewasa tua 1500 ml
/ kurang
Jika volume dibawah
500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu
lapor.
Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan
perawat memperoleh data untuk menentukan keberadaan dan tingkat keparahan
masalah eliminasi urin. Organ utama yang ditinjau kembali meliputi kulit,
ginjal, kandung kemih dan uretra
Diagnosa
Keperawatan
• Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan
dengan retensi urine, inkontinensi dan enuresis
• Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan adanya inkontinensi urine
• Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan
dengan dysuria
• Resiko infeksi berhubungan dengan retensi
urine, pemasangan kateter
• Perubahan konsep diri berhubungan dengan
inkontinensi
• Isolasi sosial berhubungan dengan
inkontensi
• Self care defisit : toileting jika klien
inkontinesi
• Potensial defisit volume cairan berhubungan
dengan gangguan fungsi saluran urinary akibat proses penyakit
• Gangguan body image berhubungan dengan
pemasangan urinary diversi ostomy
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterampilan pemasangan diversi urinary ostomy
Perencanaan
& Intervensi
Tujuan :
• Memberikan intake cairan secara tepat
Intake cairan secara tepat, pasien dengan
masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan
dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien
dengan edema cairannya dibatasi.
• Memastikan keseimbangan intake dan output
cairan
Mengukur intake dan output cairan. Jumlah
caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui
kesimbangan cairan.
• Mencegah ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
• Membantu mempertahankan secara normal
berkemih.
• Mencegah kerusakan kulit
• Membantu pasien mempertahankan posisi
normal untuk berkemih
Memberikan kebebasan untuk pasien
• Mencegah infeksi saluran kemih
• Memberikan bantuan pada saat pasien pertama
kali merasa ingin buang air kecil Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu
dalam keadaan hangat.
• Memulihkan self esteem atau mencegah
tekanan emosional
• Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan
bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler dan letakkan bantal kecil
dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur
membantu memberi pispot/urinal)
• Untuk anak kecil meningkatkan kontrol
berkemih dan self esteem.
Tindakan
secara umum
• Tuangkan air hangat dalam perineum
• Mengalirkan air keran dalam jarak yang
kedengaran pasien
• Memberikan obat-obatan yang diperlukan
untuk mengurangi nyeri dan membantu relaks otot
• Letakkan secara hati-hati tekan kebawah
diatas kandung kemih pada waktu berkemih
• Menenangkan pasien dan menghilangkan
sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan.
Tindakan hygienis
• Untuk mempertahankan kebersihan di daerah
genital
Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah
infeksi
Tindakan spesifik masalah-masalah perkemihan
• Retensi urin
Membantu dalam mempertahankan pola berkemih
secara normal
Jika tejadi pada post operasi —- berikan
analgetik
Kateterisasi urin
Inkontinensi
• Menetapkan rencana berkemih secara teratur
dan menolong pasien mempertahankan itu
• Mengatur intake cairan, khususnya sebelum
pasien istirahat, mengurangi kebutuhan berkemih
• Meningkatkan aktifitas fisik untuk
meningkatkan tonus otot dan sirkulasi darah, selanjutnya menolong pasien
mengontrol berkemih
• Merasa yakin bahwa toilet dan bedpan dalam
jangkauannya
• Tindakan melindungi dengan menggunakan alas
untuk mempertahankan laken agar tetap kering
• Untuk pasien yang mengalami kelemahan
kandung kemih pengeluaran
• manual dengan tekanan kandung kemih
diperlukan untuk mengeluarkan urine
• Untuk pasien pria yang dapat
berjalan/berbaring ditempat tidur, inkontinensi tidak dikontrol dapat
menggunakan kondom atau kateter penis.
Enuresis
Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu
dikaji komprehensif riwayat fisik dan psikologi, selain itu juga urinalisis
(fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis) untuk mengetahui penyebabnya.
Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya Membatasi
cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur / secara
teratur.
Implementasi
1. Peningkatan kesehatan
• Penyuluhan klien
tentang masalah eliminasi urin
• Meningkatkan
perkemihan nirmal
• Meningkatkan
pengosongan kandung kemih secara lengkap
• Pencegahan infeksi
2. Perawatan akut
• Mempertahankan
kebiasaan eliminasi
• Obat-obatan
• Kateterisasi
• Pencegahan infeksi
3. Perawatan restorasi
• Menguatkan otot
dasar panggul
• Bladder retraining
• Melatih kebiasaan
• Kateterisasi
mandiri
• Mempertahankan
integritas kulit
• Peningkatan rasa
nyaman
Evaluasi
Untuk mengevaluasi hasil akhir dan respon
klien terhadap asuhan keperawatan, perawat mengukur keefektifan semua
intervensi. Tujuan optimal dari intervensi keperawatan yang dilakukan ialah
kemampuan klien untuk berkemih secara volumter tanpa mengalami gejala-gejala (
misalnya urgensi, disuria, atau sering berkemih). Urin yang keluar harus
berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur yang abnormal, dan
memiliki ph serta berat jenis dalam rentang nilai yang normal. Klien harus
mampu mengidentifikasi factor-faktor yang dapat mempengaruhi perkemihan normal.
Perawat juga mengevaluasi intervensi khusus, yang dirancang untuk meningkatkan
fungsi berkemih normal dan mencegah terjadinya komplikasi akibat perubahan pada
system perkemihan.