Kamis, 03 Desember 2015

ELIMINASI

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN (URINARIA)
A. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).


B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1.   GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a.  Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1.    Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2.    Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3.    Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b.  Fungsi Ginjal:
§  Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
§  Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
§  Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
§  Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

c.  Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1.    Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine
2.    Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.
3.    Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.
d.  Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.


2.   URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan)
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
-           Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya  (intake) cairan serta faktor lainnya.
-           Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
-           Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
-           Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
-           Baerat jenis 1.015 – 1.020.
-           Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam)
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan  kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureTer. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5.Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

ANATOMI KULIT
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasar :
Warna                                    :terang (fair skin), pirang, dan hitam
merah muda             : pada telapak kaki dan tangan bayi
hitam kecokelatan   : pada genitalia orang dewasa
Jenisnya :
Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
Tebal dan tegang     : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
Tipis                            : pada wajah
Lembut                       : pada leher dan badan
Berambut kasar        : pada kepala
Anatomi kulit secara histopatologik
Lapisan Epidermis (kutikel)
Stratum Korneum (lapisan tanduk)à lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
Stratum Lusidumàterletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)àmerupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )àterdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
Stratum Basalisàterdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
Sel kolumnaràprotoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cellàsel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)
Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)àterdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
Pars Papilareàbagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Pars Retikulareà bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
Lapisan Subkutis (hipodermis)àlapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis)
Adneksa Kulit
Kelenjar Kulitàterdapat pada lapisan dermis
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.
Kelenjar Ekrinàkecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
Kelenjar Apokrinàlebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
Kukuàbagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Pertumbuhannya 1mm per minggu.
Nail root (akar kuku)àbagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
Nail Plate (badan kuku)àbagian kuku yang terbuka/ bebas.
Nail Groove (alur kuku)àsisi kuku yang mencekung membentuk alur kuku
Eponikiumàkulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
Hiponikiumàkulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas
Rambut
Akar rambutàbagian yang terbenam dalam kulit
Batang rambutàbagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut
Lanugoàrambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
Rambut terminalàrambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa.
Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. D antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu saat 85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.
FUNGSI KULIT
Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
fisis/ mekanis            : tekanan, gesekan, tarikan.
Kimiawi                      : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
Panas                         : radiasi, sengatan sinar UV
infeksi luar                : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
Melanositàlindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit)
Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebumàperlindungan kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
Proses keratinisasiàsebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.
Fungsi Absorpsiàpermeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi Ekskresiàmengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
Fungsi Persepsiàkulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
Badan Ruffini di dermis dan subkutisàpeka rangsangan panas
Badan Krause di dermisàpeka rangsangan dingin
Badan Taktik Meissner di papila dermisàpeka rangsangan rabaan
Badan Merkel Ranvier di epidermisàpeka rangsangan rabaan
Badan Paccini di epidemisàpeka rangsangan tekanan
Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)àdengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
Fungsi Pembentukan Pigmenàkarena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
Fungsi KeratinisasiàKeratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
Fungsi Pembentukan Vitamin Dàkulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
Proses eliminasi sisa metabolisme pencernaan
Miksi/Eliminasi Urine
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.

Defekasi/Eliminasi Alvi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan.
1)      ESOPHAGUS
Ketika makanan memasuki esophagus bagian atas ia berjalan melewati spinkter esophagus bagian atas dimana ada sebuah otot sirkular yang mencegah udara masuk ke esophagus dan makanan dari refluks ke tenggorokan. Bolus dari makanan mengadakan perjalanan sepanjang 25cm di esophagus. Makanan didorong oleh kontraksi otot polos. Sebagian dari esophagus berkontraksi di belakang bolus makanan, otot sirkular di depan bolus. Gerakan peristaltik mendorong makanan ke gelombang berikutnya. Peristaltik menggerakkan makanan sepanjang saluran gastrointestinal. Dalam 15 detik bolus makanan berpindah dari esophagus bagian bawah. Spinkter esophagus bagian bawah terletak antara esophagus dan lambung, dan perbedaan tekanan ada di bagian akhir esophagus. Tekanan esophagus bagian bawah 10-40 mmHg, sedangkan tekanan lambung 5-10 mmHg. Tingginya tekanan biasanya menyebabkan refluks dari isi lambung ke esophagus. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan spinkter bagian bawah antara lain : antacid yang menurunkan refluks, dan makanan berlemak dan nikotin yang meninggikan refluks.
2)    LAMBUNG
Dalam      lambung,    makanan      disimpan    sementara     dan    dipecahkan     secara mekanik   dan   kimiawi   untuk   pencernaan   dan   absorpsi.   Lambung   mensekresi   HCl,mukus, enzim pepsi, dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam dalam tubuh. Setiap molekul HCl yang disekresi di lambung,      sebuah    molekul    bicarbonat   memasuki      plasma    darah.   HCl   membantu pencampuran       dan   pemecahan      makanan     di  lambung,   mukus     melindungi   mukosa lambung   dari   keasaman   dan   aktivitas   enzim.   Pepsin   mencerna   protein,   walaupun tidak   banyak    pencernaan     yagn    terjadi di   lambung.    Faktor   intrinsik  merupakan komponen   penting   yagn   dibutuhkan   untuk   penyerapan   vitamin   B12   di   usus   dan pembentukan sel darah merah. Kekurangan faktor intrinsik menyebabkan anemia.
Sebelum   makanan   meninggalkan   lambung   ia   diubah   menjadi   bahan   yang semifluid yagn disebut CHYME.Chyme lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada makanan yang   padat.klien    yang   sebagian    lambungnya      hilang   atau   menderita gastritis mempunyai masalah pencernaan yang serius karena makanan tidak diubah menjadi chyme. Makanan memasuki usus halus sebelum dipecah menjadi makanan yang benar-benar semifluid.
3.)        USUS HALUS
Selama   proses   pencernaan   chyme   meninggalkan   lambung   dan   memasuki usus   halus.   Usus   halus   merupakan   suatu   saluran   yagn   diameternya   2,5   cm   dan panjangnya   6   m.   ua   terdiri   dari   3  bagian   :   duodenum,   jejenum,   ileum.   Chyme
Hormon-Hormon yang Terkait dengan Eliminasi
1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.

2. Mineralocorticoid adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
3.     Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan ereksi."
Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen, memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa.
Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2, misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan agen farmasi penting dalam OB.
Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-memfasilitasi prostaglandin.

5. Gukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)
Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.
Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan denyut jantung meningkat.
Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom Cushing” dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama, punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.
Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :
Bagian Korteks Menghasilkan :
• Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison)
Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan.
6. Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
Prolaktin terdapat ada sebagian besar hewan termasuk manusia. Prolaktin, hormon pertumbuhan (Growth Hormone) dan Placental Lactogen (PL atau chorionic somatomammotropin (CS)), merupakan anggota dari hormon polipeptida berdasarkan sekuen asam amino yang homolog. Prolactin diproduksi oleh sel yang terdapat pada anterior pituitary, fungsi utama dari hormon prolaktin yaitu menginduksi dan pemeliharaan laktasi pada mamalia.
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus intermediet terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa (vestige).
Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda” (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.
a) Sel Somatotropic
Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah besar pada sisi/bagian anterior pituitari.
b) Sel lactotropic
Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel.
c) Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dari hormon polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S). Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.
o   Struktur gen Prolaktin.
Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan        placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama persis.
o   Efek prolaktin pada beberapa organ:
·         Organ Efek
·         Glandula mamae Sintesis DNA
·         Proliferasi sel
·         Sintesis protein susu
·         Sintesis FFA
o   Sintesis laktosa
o   Tumor mammary Prolaktin-induced protein
o   Ovary Corpus Luteum:
o   Maintenance atau regresi
o   Limfosit Immunostimulasi
o   Ovary dan testis Steroid biosintesis
o   Liver Sintesis RNA
o   Stimulasi dekarboksilasi ornitin
o   Ginjal, amnion, choroid plexus Osmoregulasi
o   Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi

Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan, meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar tidak hamil dan normal.

Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria ibu. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen, yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik manusia. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Setiap ibu menyusukan bayinya isyarat syaraf dari putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari. Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai sembilan bulan.

o   Reflek peghasilan susu atau reflek prolactin
Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang, dan impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin.
o   Regulasi sekresi
Walaupun sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior ditingkatkan oleh neurosecretory releasing faktor yang dihantarkan oleh hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem porta hipotalamus-hipofisis, sekresi prolaktin dikontrol oleh efek yang tepat berlawanan. Yaitu hipotalamus mensintesis ‘prolactin inhibitory factor’ (PIF). Pada keadaan normal, sejumlah besar PIF dihantarkan secara terus menerus ke kelenjar hipofisis anterior sehingga kecepata normal sekresi prolaktin sedikit. Tetapi selama laktasi, pembentuk PIF sendiri ditekan, sehingga memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mensekresi prolaktin dalam jumlah yang tak dihambat.
            Faktor yang mempengaruhi sekresi prolaktin pada manusia:
·         Increase
·         Stimulasi Nipple
·         Stress (termasuk psychogenik)
·         Sleep (stage I dan II dan REM)
·         Stalk section
·         Penyakit pituitari dan cerebral
·         Prolaktinoma
·         TRH
·         Kehamilan
·         Estrogen
·         Hypotiroidism
·         Adrenal insufficiency
·         Obat-obatan yang menghambat dopamine
·         Decrease
·         Dopamine (seperti bromocryptine, lisuride, pergolide, dan mesulergine)
·         GAP atau PIF



Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)àKortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan air. Kedua jenis kortikosteroid tersebut digunakan secara klinis untuk terapi penggantian hormon, untuk menekan sekresi ACTH, sebagai agen antiradang, dan imunosupresi.
Pada prinsipnya ada tiga mekanisme kerja dari kortikosteroid yang digunakan di dalam terapi dermatologi :
1. Anti Inflamasi
Efek anti inflamasi ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi baik secara sistemik maupun topikal. Efek anti-inflamasi bekerja dengan cara mencegah proses marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan menghambat proses kemotaksis (migrasi sel-sel radang ke fokus inflamasi).
Kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi, menurunkan permeabilitas membran sehingga mengurangi ekstravasasi serum, udem, dan rasa gatal serta dapat juga menghambat manifestasi inflamasi yang lebih lanjut seperti proliferasi fibroblas, pengumpulan kolagen, dan pembentukan sikatrik (FKUI)
2. Imunosupresi
Sifat ini melibatkan sifat antiinflamasi karena karena bagian dari respon kekebalan tubuh. kortikosteroid juga menhambat pembelahan sel-sel linfoid, melisiskan sel linfosit B dan menghambat kerja limfokin pada sasaran. Oleh sebab itu, kortikosteroid digunakan untuk mengatasi gejala klinik suatu reaksi hipersensitivitas tetapi belum dapat dipastikan terapi kortikosteroid mempunyai efek yabg berarti pada titer antibodi IgG atau IgE yang berperanan pada reaksi alergi dan autoimun. Sistem komplemen tidak dipengaruhi oleh kortikosteroid (FKUI).
3. Anti proliferasi
Kortikosteroid mempunyai sifat anti proliferasi dengan menekan pembelahan sel, menurunkan transkripsi RNA, mengurangi sintesis dan reparasi DNA. Sehingga pada pemakaian jangka panjang pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis dan atropi sel serta dapat mengganggu sintesis kolagen sehingga terjadi striae di kulit.


Tanda dan Gejala Masalah Eliminasi Sisa Metabolisme dan Sisa Pencernaan.
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (sisa metabolisme) dan elimiasi alvi/kebutuhan buang air besar (sisa pencernaan)
Kebutuhan Eliminasi Urine
Organ Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Peranan masing-masing organ tersebut diantaranya:
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakan selaput perut)nyang terdiri atas ginjal sebelah kiri dan kanan tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk di buang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan oleh tubuh.
B. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni / urine.
C. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada wanita mempunyai fungsi berbeda denagn yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sisitem reproduksi berukuran panjang ±20 cm, sedangkan pada wanita memiliki panjang 4-6,5 cm san hanya berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.
Komposisi urine:
1. Air (96 %)
2. Larutan (4 %)
3. Larutan organik (urea, amonia, kreatin dan asam urat)
4. Larutan anorganik (natrium, klorida, kalium,sulfat)
Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (intake)
jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang di bentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.


2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria. Sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3. Gaya Hidup
perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
5. Tingkat Aktivitas
6. Tingkat Perkembangan
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urime, seperti Diabetes Melitus
8. Sosiokultural
9. Kebiasaan sesorang
10. Pemeriksaan diagnostik

Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a. Retensi urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih.
Tanda klinis retensi:
Ø  ketidaknyamanan daerah pubis
Ø  distensi vesika urinaria
Ø  ketidak sanggupan untuk berkemih
Ø  sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
Ø  ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
Ø  meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
Ø  adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
Ø  operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
Ø  trauma sum sum tulang belakng
Ø  tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
Ø  sphincter yang kuat
Ø  sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b. Inkontinesia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess), pembesaran kelnjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
c. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau orang jompo.
Faktor penyebab:
Ø  Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
Ø  Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar
Ø  Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
Ø  Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
Ø  Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
Ø  Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
d. Perubahan Pola Eliminasi Urine
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi urin terdiri atas:
a.    frekuensi
b.    urgensi
c.    disuria
d.    poliuria
e.    urinaria supresi.
Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
Sistem Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointertinal yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang ± 6 m.
Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi
1.    Konstipasi Merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.

Tanda klinis:
ü  adanya feses yang keras
ü  defekasi kurang dari 3 kali seminggu
ü  menurunnya bising usus
ü  adanya keluhan pada rektum
ü  nyeri pada saat mengejan dan defekasi
ü  adanya perasaan masih ada sisa feses
kemungkinan penyebab:
ü  defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll
ü  pola defekasi yang tidak teratur
ü  nyeri saat defekasi karena hemorroid
ü  menurunnya peristaltik karena stres psikologis
ü  penggunaan obat seperti antasida
ü  proses menua/ usia lanjut
b. Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair.
Tanda klinis:
ü  adanya pengeluaran feses cair
ü  frekuensi lebih dari 3 kali sehari
ü  nyeri atau kram abdomen
ü  bising usus meningkat
kemungkinan penyebab:
ü  malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi
ü  peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme
ü  efek tindakan pembedahan usus
ü  efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll
ü  stres psikologis
c. Inkontinensia Usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
ü  pengeluaran feses yang tidak di kehendaki
kemungkinan penyebab:
ü  gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
ü  distensi rektum berlebih
ü  kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
ü  kerusakan kognitif
d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dll
f. Fecal Impaction
Merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemah tonus otot.
·         Faktor yang mempengaruhi proses defekasi
o   usia
o   diet
o   asupan cairan
o   aktivitas
o   pengobatan
o   gaya hidup
o   penyakit
o   nyeri
o   kerusakan sensoris dan motoris
PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN ELIMINASI
Pengkajian
1. Pola berkemih
Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual
2. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
3. Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
4. Usia Jumlah / hari
• Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml
• Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml
• Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250–400 ml
• Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml
• 1–3 tahun 500–600 ml
• 3–5 tahun 600–700 ml
• 5–8 tahun 700–1000 ml
• 8–14 tahun 800–1400 ml
• 14 tahun-dewasa 1500 ml
• Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.
Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan perawat memperoleh data untuk menentukan keberadaan dan tingkat keparahan masalah eliminasi urin. Organ utama yang ditinjau kembali meliputi kulit, ginjal, kandung kemih dan uretra
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontinensi dan   enuresis
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine
• Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria
• Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter
• Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi
• Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi
• Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi
• Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran urinary akibat proses penyakit
• Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi ostomy
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi urinary ostomy

Perencanaan & Intervensi
Tujuan :
• Memberikan intake cairan secara tepat
Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya dibatasi.
• Memastikan keseimbangan intake dan output cairan
Mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.
• Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
• Mencegah kerusakan kulit
• Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih
Memberikan kebebasan untuk pasien
• Mencegah infeksi saluran kemih
• Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
• Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
• Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal)
• Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
Tindakan secara umum
• Tuangkan air hangat dalam perineum
• Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasien
• Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dan membantu relaks otot
• Letakkan secara hati-hati tekan kebawah diatas kandung kemih pada waktu berkemih
• Menenangkan pasien dan menghilangkan sesuatu yang dapat menimbulkan kecemasan.
Tindakan hygienis
• Untuk mempertahankan kebersihan di daerah genital
Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi
Tindakan spesifik masalah-masalah perkemihan
• Retensi urin
Membantu dalam mempertahankan pola berkemih secara normal
Jika tejadi pada post operasi —- berikan analgetik
Kateterisasi urin
Inkontinensi
• Menetapkan rencana berkemih secara teratur dan menolong pasien mempertahankan itu
• Mengatur intake cairan, khususnya sebelum pasien istirahat, mengurangi kebutuhan berkemih
• Meningkatkan aktifitas fisik untuk meningkatkan tonus otot dan sirkulasi darah, selanjutnya menolong pasien mengontrol berkemih
• Merasa yakin bahwa toilet dan bedpan dalam jangkauannya
• Tindakan melindungi dengan menggunakan alas untuk mempertahankan laken agar tetap kering
• Untuk pasien yang mengalami kelemahan kandung kemih pengeluaran
• manual dengan tekanan kandung kemih diperlukan untuk mengeluarkan urine
• Untuk pasien pria yang dapat berjalan/berbaring ditempat tidur, inkontinensi tidak dikontrol dapat menggunakan kondom atau kateter penis.
Enuresis
Untuk enuresis yang kompleks, maka perlu dikaji komprehensif riwayat fisik dan psikologi, selain itu juga urinalisis (fisik, kimia atau pemeriksaan mikroskopis) untuk mengetahui penyebabnya. Mencegah agar tidak terjadi konflik kedua orang tua dan anak-anaknya Membatasi cairan sebelum tidur dan mengosongkan kandung kemih sebelum tidur / secara teratur.
Implementasi
1. Peningkatan kesehatan
• Penyuluhan klien tentang masalah eliminasi urin
• Meningkatkan perkemihan nirmal
• Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap
• Pencegahan infeksi
2. Perawatan akut
• Mempertahankan kebiasaan eliminasi
• Obat-obatan
• Kateterisasi
• Pencegahan infeksi
3. Perawatan restorasi
• Menguatkan otot dasar panggul
• Bladder retraining
• Melatih kebiasaan
• Kateterisasi mandiri
• Mempertahankan integritas kulit
• Peningkatan rasa nyaman

Evaluasi

Untuk mengevaluasi hasil akhir dan respon klien terhadap asuhan keperawatan, perawat mengukur keefektifan semua intervensi. Tujuan optimal dari intervensi keperawatan yang dilakukan ialah kemampuan klien untuk berkemih secara volumter tanpa mengalami gejala-gejala ( misalnya urgensi, disuria, atau sering berkemih). Urin yang keluar harus berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur yang abnormal, dan memiliki ph serta berat jenis dalam rentang nilai yang normal. Klien harus mampu mengidentifikasi factor-faktor yang dapat mempengaruhi perkemihan normal. Perawat juga mengevaluasi intervensi khusus, yang dirancang untuk meningkatkan fungsi berkemih normal dan mencegah terjadinya komplikasi akibat perubahan pada system perkemihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar